KUPANG
– Sebagai makanan pokok selain nasi, mie atau mi dalam bahasa Indonesia baku
sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), memiliki arti penting dalam dunia kuliner Nusantara.
Mie
sendiri sudah tidak dapat dipisahkan dari konsumsi masyarakat Indonesia. Sehingga,
makanan berbahan pokok mie hampir dapat ditemui di mana saja. Bahkan, produksi
mie sudah menjadi industri yang masif diekspor ke luar negeri. Sebut saja mi instan dalam kemasan yang sudah
mendunia.
Sebagai
salah satu pelopor makanan unik dan lezat di Kota Kupang, Waroenk Resto and
Cafe juga tidak ketinggalan menyajikan menu berbahan mie. Menu mie di Waroenk
yang resmi dibuka pada 8 Juli 2017 lalu ini, bahkan menempati rating-rating
teratas dalam penjualan dan permintaan pelanggan.
“Menu
mie di Waroenk disajikan secara istimewa. Istimewa, karena memang sajian menu mie
kami rasanya berbeda dibandingkan mie-mie lainnya,” jelas owner Waroenk, Steven
Marloanto saat ditemui di Waroenk, Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kupang, Senin
(18/9/2017).
Beda
yang dimaksud pria kelahiran Makassar ini lantaran bahan dasar untuk mienya
merupakan buatan sendiri, bukan membeli dari pabrikan seperti kebanyakan resto
maupun kafe lainnya.
“Semua
bahan mie untuk menu mie kami dibuat sendiri dari chef Waroenk. Tentu, hasilnya
berbeda jika membeli dari pabrikan. Sebab, kami dapat menjaga standar dan
higienisnya. Selain itu, tentu lebih bergizi karena menggunakan bahan pendukung
yang berkualitas,” imbuh Steven.
Terkait
kelezatan menu mie pihaknya yang diklaim berbeda ketimbang menu mie lainnya, ia
mengatakan tidak lain lantaran penggunaan beberapa bumbu signature yang khas.
“Salah
satunya adalah minyak wijen. Seperti yang kita ketahui, wijen adalah bumbu khas
Indonesia yang berfungsi sebagai penyedap alami,” beber Steven.
Adapun
menu mie pihaknya di antaranya Cwie Mie Ayam yang dibanderol Rp 22 ribu, Cwie
Mie Ayam Bakso Rp 22 ribu, Cwie Mie Ayam Jamur Rp 22 ribu, dan Cwie Mie Ayam
Waroenk Rp 25 ribu,” urai Steven.
Sekadar
diketahui, mie adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung,
dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk terhadap
mie kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air.
Orang
Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mie,
meskipun tulisan tertua mengenai mie berasal dari Dinasti Han Timur di Tiongkok,
antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, artefak mie tertua yang
diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.
Orang
Eropa menyebut mie sebagai “pasta” yang berasal dari bahasa Italia. Sementara, secara
generik mereka menyebut pasta yang berbentuk memanjang dengan kata “noodle” yang
berasal dari bahasa Inggris.
Kendati
demikian, di Eropa bahan baku mie biasanya dari jenis-jenis gandum, sementara
di Asia bahan baku mie lebih bervariasi.
Di
Asia sendiri, pasta yang dibuat selalu berbentuk memanjang. Berbagai bentuk mie
dapat ditemukan di berbagai tempat. Perbedaan tekstur dan corak mie terjadi
karena campuran bahan, asal usul tepung sebagai bahan baku, serta teknik
pengolahan.
Beberapa
koki atau chef di Tiongkok dapat membuat mie hanya dengan kemampuan tangan
tanpa bantuan mesin pembuat mie yang lazim digunakan di pabrik-pabrik mie.
Komentar
Posting Komentar